Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

Sebaliknya, ujar Putri Koster, para peserta bisa memberi harga promo saat pameran. “Jangan ada persaingan yang tak sehat selama pameran berlangsung, harus guyub. Jangan pula terlalu agresif kepada pengunjung, nanti malah membuat mereka enggan mendekati stand,” pesannya. Pada bagian lain, ibu dua putri ini juga mendorong UMKM Bali agar lebih mandiri, cerdas, kreatif, inovatif dan tak mudah mengeluh.

Masih dalam arahannya, perempuan yang piawai membaca puisi ini kembali mengingatkan tanggung jawab pelestarian produk kerajinan lokal seperti tenun. Ia pun mengutarakan kegalauan atas maraknya produksi kain bordir yang meniru motif songket. Jika pelaku UMKM tenun ikut terbawa arus dan lebih dominan memasarkan kain jenis ini, menurutnya itu sama saja bunuh diri.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Buka Sosialisasi Pengelolaan APBD Kota Denpasar, Wujudkan Tata Kelola Keuangan yang Tertib, Transparan dan Akuntabel

Ia menggugah rasa tanggung jawab seluruh komponen dalam upaya pelestarian kain songket yang  dibuat secara tradisional dengan alat cagcag. Sebab jika sampai punah, menurutnya akan sangat sulit dan butuh waktu panjang untuk mengembalikannya. Putri Koster lantas mencontohkan keberadaan tenun rangrang khas Nusa Panida yang kini merana. Ibarat sosok seorang gadis, rangrang pernah begitu menggoda hingga dibawa ke kota untuk dipoles. Motif rangrang diproduksi secara besar-besaran hingga pada titik tertentu pasar jenuh dan tak ada lagi yang berminat. “Kini, rangrang ibarat gadis yang terluka,” ujarnya puitis.

Belajar dari kasus kain rangrang, Putri Koster tak ingin hal serupa terjadi pada songket. Berangkat dari kegelisahannya itu, Putri Koster yang saat ini juga menjabat sebagai Manggala Utama Paiketan Krama Istri (PAKIS) Bali menyampaikan kemungkinan penggunaan tenun khas masing-masing daerah diatur dalam pararem desa adat. Ia bukan bermaksud membatasi kreativitas bordir, namun akan lebih baik jika penggunaannya diatur. “Kain bordir motif songket bisa untuk baju, kalau untuk kamen tetap harus yang hasil tenun,” pintanya.

Baca Juga :  Wawali Arya Wibawa Hadiri Karya Melaspas Kori Agung dan Candi Bentar Pura Puseh Desa Adat Pedungan

Menambahkan penjelasan Putri Koster, Kadisperindag Bali Wayan Jarta menyampaikan bahwa pemeran di penghujung tahun ini akan digelar dengan pola hybrid, perpaduan offline dan online. Pameran sebulan penuh itu akan dilaksanakan dengan dua shift masing-masing dua minggu. Pameran diikuti oleh 83 peserta yang terdiri dari pelaku UMKM produk sandang seperti tenun, fashion dan kuliner.

Jarta menambahkan, syarat utama pameran ini adalah produk yang dipamerkan adalah produk lokal Bali. Pihak panitia hanya menyiapkan tempat, penataan ruang display diserahkan sepenuhnya pada para peserta. Pameran kali ini akan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat karena digelar di tengah pandemi Covid-19.(ads/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News