Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan mesin batik tulis yang mampu menghasilkan kain batik dalam waktu yang lebih singkat.

Mesin batik yang dinamai Butimo ini merupakan inovasi yang dibuat oleh dosen Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM, Andi Sudiarso, Ph.D. Alat ini mampu menghemat waktu proses pembatikan dari yang biasanya dengan proses pembatikan manual membutuhkan waktu 6 jam bisa dipersingkat hanya 3 jam saja.

“Dengan alat ini bisa dihasilkan 8 hingga 10 lembar kain batik tulis,” jelas Andi, Rabu (28/8/2019) dalam Ritech Expo 2019 di Bali.

Tak hanya itu, keunggulan lain dari alat cipaannya itu juga mampu menghemat penggunaan malam untuk pembatikan. Jika pembaikan manual membutuhkan 88 gram maka pembatikan dengan mesin ini hanya memerlukan 57 gram malam saja.

Baca Juga :  Pemkot Denpasar Kunjungi TPA Praba Dharma Yogyakarta, Pelajari Program Penitipan Anak Bagi Orang Tua Pekerja

Sementara untuk ketembusan malam juga lebih terjaga yaitu 0,21 mm. Sedangkan dengan pembatikan manual ketembusan mencapai 0,11 mm.

“Jadi mesin ini bisa menghasilkan waktu dalam waktu yang lebih pendek, tetapi tetap mempertahankan ketembusan dan nilai seni batiknya,” terangnya.

Mesin batik tulis Butimo ini memiliki 3 sumbu dengan panjang 3 sampai 4 meter dan lebar hingga 1,5 meter. Dilengkapi dengan mekanisme pergantian canting secara otomatis untuk memudahkan pergantian canting sesuai kebutuhan proses pembatikan yang sedang berjalan.

Untuk canting mesin batik yang digunakan memiliki beberapa ragam ukuran dengan variasi ukuran dan jumlah nozzel sesuai denan kebutuhan proses pembatikan. Terdapat canting single nozzle, dual nozzel, dan multi nozzl dengan berbagai ukuran diameter nozzle.

Baca Juga :  Bunda PAUD Tabanan Resmikan Gedung TK Negeri Marga

Andi menjelaskan canting mesin dihubungkan dengan mesin batik tulis yang dihubungkan dengan mesin batik tulis yang dikendalikan dengan CNC. Mesin batik ini mampu melakukan proses nglowongi, nemboki, nyeceki, nitiki, nglatari, dan mbironi pada slembar kain batik berukuran standar 1,15 m x 2,5 m atau lebih besar sesuai ukuran meja mesin.

“Selama proses pembatikan kain diletakkan pada satu bingkai selama proses pembatikan berlangsung untuk menjaga posisi dan kualitas hasil pembatikan,” sebutnya.

Andi menyebutkan mesin yang dikembangkan saat ini merupakan generasi pertama. Nantinya akan dikembangkan lagi generasi kedua dengan mengintegrasikan pewarnaan dan generasi tiga diintegrasikan dengan proses pelorotan.  (ika/humas-ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News