Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Indonesia berada di kawasan tropis dan berada di belahan timur bumi. Hal ini membuat Indonesia selalu disinari matahari sepanjang tahun, kasus seperti pterigium atau yang lebih sering dikenal dengan tumbuh daging cukup sering ditemukan di iklim tropis terutama Indonesia. Salah satu faktor resikonya adalah paparan langsung sinar matahari dan juga dipengaruhi oleh paparan alergen, iritasi berulang (debu atau kekeringan) karena sering terjadi pada orang yang berada pada lingkungan berangin, berdebu, berpasir dan terpajan sinar matahari.

dr. A.A Dewi Adnya Swari, menjelaskan Pterigium merupakan penyakit mata yang ditandai dengan tumbuhnya selaput bola mata atau disebut juga pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva. Pertumbuhan pterygium seperti tumbuh daging yang berbentuk segitiga, dan kondisi ini umumnya terjadi pada salah satu atau kedua mata. Terkenanya kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama karena kontak dengan sinar matahari, debu, dan kekeringan.

“Penyakit yang termasuk lesi nonkanker ini jarang menyebabkan komplikasi berbahaya, namun jika terus tumbuh dan tidak ditangani, pterygium bisa menyebar sampai menutupi pupil mata sehingga menganggu penglihatan penderitanya,” tuturnya, saat diwawancarai, Senin (22/7/2019) kemarin.

Pterygium umumnya lebih banyak terjadi pada golongan laki-laki yaitu dua kali lipat lebih banyak dibandingkan wanita. Rata-rata prevalensi tertinggi terjadinya pterygium pada usia 40 tahuh dan jarang sekali pada usia 20 tahun.

Dia menjelaskan biasanya penderita akan mengalami keluhan seperti mata merah, gatal, perih dan terasa mengganjal. Apabila selaput pterygium tebal dan lebar dapat memberikan penglihatan yang samar atau kabur. Penting untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, sehingga dokter dapat mendeteksi lebih dini. Dokter akan melakukan pemeriksaan mata dengan saksama untuk memastikan kondisi mata pasien terutama untuk mengukur kemampuan penglihatan.

Pterygium memliki derajat keparahan, umumnya jika derajat masih tergolong ringan dan tidak menganggu penglihatan biasanya tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun jika pterygium sudah menghalangi penglihatan atau kenyamanan pasien, dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan sesuai anjuran dokter atau dengan operasi. Pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat ialah dengan menghindari pajanan dari lingkungan sekitar dari sinar matahari, asap, atau debu yang dapat memicu terjadinya pterygium. Caranya dengan menggunakan kacamata hitam atau topi saat berpergian sehingga berguna untuk mencegah kekambuhan pada pterygium,” tutup dr. Dewi. (adw/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News