Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Serangan hama lalat buah pada tanaman jambu air seringkali mengakibatkan petani mengalami gagal panen. Namun kini ada cara efektif yang mampu mengurangi serangan lalat buah  yaitu dengan menggunakan perangkat lalat buah yang dikembangkan sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lima mahasiswa UGM yaitu Reka Indera Malis (Kimia), Ilham Satria Raditya Putra (Kimia), Adlina Pinka Nada (Hama Penyakit Tumbuhan), Giry Xavira Putri (Biologi), dan Muhammad Afin Al Basyar (Kimia) mengembangkan inovasi perangkap lalat buah guna mengatasi serangan hama lalat buah, terutama pada Jambu Air Dalhari.

Baca Juga :  All New Honda CR-V Catat Kenaikan Penjualan di Bulan Februari 2024, Varian Hybrid Jadi Model Terlaris

Reka menyebutkan pembuatan perangkap lalat buah ini dilatarbelakangi keprihatinannya terhadap kondisi petani buah jambu air Dalhari di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DIY yang sering mengalami gagal panen akibat serangan lalat buah. Petani setempat telah melakukan tindakan pencegahan dengan teknik brongsong (pembungkusan) pada buah untuk menyelamatkan jambu air dari lalat buah. Teknik ini dinilai efektif menghalau lalat buah, tetapi proses pembungkusan buah memakan waktu dan tidak bisa menjangkau seluruh buah dalam satu pohon.

Berangkat dari kondisi itulah kelima mahasiswa ini mulai memutar otak mencari solusi untuk mendapatkan teknik yang efektif serta efisien. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Pengembangan Teknologi (PKM-T) Ristekdikti tahun 2019 mereka akhirnya berhasil mengembangkan perangkap lalat buah yang tahan lama untuk mengatasi serangan hama lalat buah.

Baca Juga :  Savyavasa Capai Tahap Baru dengan Perayaan Topping Off Persembahan Swire Properties dan Jakarta Setiabudi Internasional

“Perangkap lalat buah ini kami desain mengeluarkan aroma mirip dengan feromon dari lalat buah betina untuk menarik lalat jantan agar mendekati perangkap. Lalat buah jantan yang terjebak akan tertempel pada dinding dalam perangkap dan mati,” jelas Reka, Selasa (16/7/2019) di Kampus UGM.

Perangkap tersebut mampu dioperasikan hingga lebih dari 3 minggu sejak waktu pemasangan. Namun demikian, cairan yang dipasang dalam perangkap untuk menarik lalat buah perlu di isi ulang setiap 3 minggu sekali.

Sementara Ilham menambahkan timnya juga melakukan sosisalisasi pada 39 kelompok petani pada bulan Juni lalu. Pada acara tersebut, tim mengupayakan agar setiap anggota kelompok tani memiliki dan mampu mengoperasikan perangkap lalat buah serta membuat perangkap lalat buah.

“Kami berharap perangkap lalat buah ini bisa membantu petani dalam mengatasi serangan lalat buah,” tuturnya. (ika/humas-ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News