Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Masyarakat dunia memperingati Hari Lupus Dunia setiap tanggal 10 Mei. Namun penyakit ini masih saja menjadi menjadi persoalan kesehatan global. Diperkirakan terdapat 5 juta pasien lupus tersebar di seluruh dunia dan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Ahli Rematologi FKKMK UGM, Prof.Dr.dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR menyampaikan bahwa penyakit autoimun ini dapat menyerang siapa saja, namun hingga saat ini kasus lupus paling banyak terjadi pada wanita usia produktif. Wanita merupakan kelompok yang lebih sering terjangkit penyakit ini dibanding laki-laki karena berhubungan dengan aktifitas hormon dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.

“Wanita muda usia kisaran 15-25 tahun merupakan kelompok yang lebih rentan terkena lupus,” jelasnya saat ditemui, Kamis (9/5/2019) sore di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito.

Lupus merupakan penyakit seribu wajah sebab memiliki gejala yang tidak khas. Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi lupus pada tiap orang yang terkena bisa berbeda-beda.

Baca Juga :  40 Persen Omzet dari Ekspor, UMKM Pekalongan Ungkap Strategi Tembus Ekspor bersama Shopee

Meskipun sulit dikenali, Nyoman mengatakan orang dapat mengenali gejala-gejala awal lupus melalui Saluri (Sadari Lupus Sendiri). Gejalanya antara lain nyeri pada sendi, demam, ruam di kulit, rambut rontok, demam, sariawan, dan sensitif terhadap paparan sinar matahari.

“Jika sudah ada dua gejala, misalnya demam disertai nyeri sendi sebaiknya segera periksa ke dokter,” kata Ketua Departemen Penyakit Dalam FKKMK UGM.

Oleh sebabitu pada peringatan hari lupus seduania yang jatuh pada tanggal 10 Mei.

Nyoman mengatakan penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor diduga berperan pada patofisiologis lupus seperti faktor genetika, infeksi, dan lingkungan seperti polusi dan makanan tidak sehat.

Baca Juga :  Astra Siaga Lebaran 2024, Siap Temani Pemudik dengan 299 Bengkel dan 805 Teknisi

Penyakit ini, lanjutnya, yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Sehingga terdapat kemungkinan untuk kambuh apabila daya tahan tubuh menurun. Oleh sebab itu dia menghimbau para penderita lupus (odapus) untuk menjaga kondisi tubuh dengan baik.

“Penyakit ini bisa kumat karenanya pasien tidak boleh kecapekan, tidak boleh stress, dan hindari berjemur,” tuturnya.

Disamping itu pengendalian lupus dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, penyakit ini dapat berbahaya jika tidak terkontrol ditangani dengan baik. Apabila lupus sudah menyerang organ dalam seperti paru-paru, ginjal hingga otak maka pasien sulit tertolong.

Baca Juga :  Pj Gubernur Bali Terima Penghargaan Top Pembina BUMD 2024

“Rata-rata ketidakberhasilan lebih dikarenakan pasien yang tidak rajin kontrol,” ungkapnya.

Menjaga pola hidup sehat juga penting dilakukan seperti menghindari makanan cepat saji, makanan yang diolah dengan dibakar, serta merokok. Dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup odapus. (ika/humas-ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News