Megobog
Megobog, Tradisi Petang Hari Saat Hari Pengerupukan. Sumber Foto : des/bpn

BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Bali memang kaya akan tradisi dan kepercayaan. Salah satunya adalah Megobog. Megobog merupakan suatu prosesi pembersihan pekarangan rumah masing-masing penduduk dari sekala maupun niskala.

Sarana yang digunakan dalam prosesi ini adalah seikat daun kelapa yang sudah tua/kering yang disulut dengan api. Alat yang digunakan untuk mengiringi prosesi Megobog dapat berupa tutup panci, kulkul atau kentongan ataupun alat-alat yang ada dalam rumah tangga.

Kurang lebih pukul 18.30 wita, warga Banjar Tegalgundul, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (6/3/2019) kemarin melaksanakan prosesi tersebut di masing-masing pekarangan rumah.

I Wayan Yasa (73) selaku warga Banjar Tegalgundul mengaku sedang melaksanakan prosesi megobog yang dibantu oleh istrinya.

Baca Juga :  Dana Punia di Pura Besakih Kini Bisa Pakai QRIS, Mempermudah Pemedek

“Prosesi ini sudah turun temurun saya lakukan, sedari kakek saya hingga saya yang berusia 73 tahun ini,” tuturnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (6/3/2019) kemarin.

I Nyoman Sudirman (52) selaku Kelian Adat Banjar Tegalgundul mengatakan bahwa prosesi Megobog ini sudah hampir punah dan Ia merasakan perbedaan prosesi Megobog dari masa ke masa.

“Sebenarnya, Megobog itu adalah suara kulkul/kentungan yang saling bersahutan. Waktu zaman saya kecil, dari sandikala sampai jam 9 malam masih ada suara kentongan, terutama kentongan di balai banjar,” pungkasnya.(des/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News