Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR  – Griya Art Gallery di Griya Santrian a Beach Resort and Spa mempersembahkan pameran lukisan Mengenang Tanah Kelahiran – “A Land to Remember”.

Tanah kelahiran seringkali menerbitkan banyak kisah dan kenangan. Bagi seniman, kenangan indah maupun sedih selalu bermakna dan menjadi energi kreatif untuk dituangkan dalam bentuk karya seni.

Putu Sudiana alias Bonuz termasuk seniman yang mencintai kenangan. Nusa Penida tempat dia dilahirkan pada 30 Desember 1972 adalah pulau yang menyimpan banyak kenangannya. Nusa Penida ketika Bonuz masa kanak tentu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Saat itu, pulau tersebut dipenuhi ladang gersang yang selalu kesulitan air pada saat musim kemarau menyengat. Karang-karang terjal dan ganas berpadu cuaca ekstrem. Malam hari menebarkan suasana magis yang merindingkan bulu kuduk. Selain menjadi nelayan, satu-satunya harapan hidup masyarakat pada saat itu adalah bertani rumput laut.

Tanah kelahirannya mengalami perubahan drastis belakangan ini. Industri pariwisata telah menyulap Nusa Penida menjadi lebih gemerlap. Villa, restauran, kafe, dan berbagai sarana pariwisata bermunculan, memberi warna tersendiri bagi pulau tersebut.

Baca Juga :  Peluncuran Program TPAKD Kota Denpasar: Kredit/Pembiayaan Sektor Prioritas Pertanian, Simpanan Pelajar, dan UMKM Bali Nadi Jayanti

Tentu saja perubahan yang terjadi di Nusa Penida berdampak pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, goncangan-goncangan sosial-budaya pun tak bisa dihindari. Dan, di sisi lain, kerusakan alam sangat terasa, bataran (pematang ladang) di keruk, pohon-pohon tua ditebang, rumah-rumah khas Nusa Penida diganti baru.

Kenangan masa kanak dan kegelisahan Bonuz menyaksikan perubahan yang terjadi di tanah kelahirannya kemudian menjadi energi kreatif yang diungkapkannya lewat lukisan-lukisan bercorak abstrak. Komposisi lukisannya cenderung dinamis dan mengandung luapan emosi yang sangat kuat. Hal itu bisa dicermati pada guratan-guratan garis ataupun sapuan warna ekspresif yang mewakili kegelisahan batinnya menyaksikan pembangunan yang tidak memedulikan alam.

Baca Juga :  Pembukaan DTIK Festival 2024 Berlangsung Meriah, Wali Kota Jaya Negara Dorong Generasi Muda Berinovasi Digital

“Warna-warna gelap adalah ungkapan pemberontakan alam bawah sadar saya menyaksikan berbagai hal yang bertentangan dengan hati kecil. Ketika kesal dan kecewa tidak bisa disampaikan lewat kata-kata, maka garis dan warna menjadi pilihan saya,” ungkap Bonuz. (r/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News