Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Diabetes masih menjadi persoalan kesehatan serius. Penyakit yang disebabkan peningkatan kadar gula dalam darah ini patut dikelola dengan baik agar tidak memunculkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering ditimbulkan akibat diabetes ini adalah retinopati diabetika yang dapat menyebabkan kebutaan.

Alhi Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran (FK) UGM Prof.Dr.Suhardjo,S.U., Sp.M(K) mengungkapkan diabetes sering disebut sebagai silent killer karena sering t idak disadari oleh penderitanya. Sementara saat diketahui, biasanya penderita sudah mengalami berbagai komplikasi, termasuk gangguan pengelihatan.

“Diabetes ini bisa mengakibatkan komplikasi dan sepertiganya terjadi pada mata seperti retinopati diabetika yang bisa mengaibatkan kebutaan,” jelasnya, Rabu (12/7/2017) di FK UGM.

Dalam talkshow “Gangguan Mata Karena Diabetes dan Pola Asupan Nutrisi” ini Suhardjo menyampaikan bahwa diabetes dapat memperberat kelainan pada mata. Penyakit ini bisa menurunkan sensitivitas kornea, penurunan kepadatan serabut syaraf secara mikroskopis, dan menimbulkan predisposisi ulkus neuropatik.

Baca Juga :  PLTS Tahap 1 Kapasitas 10 MW Sukses Dioperasikan, PLN Tunjukkan IKN Dilayani Energi Bersih

Meskipun penyakit diabetes berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mata, namun masih banyak penderita diabetes yang tidak menyadarai risiko tersebut. Karenanya, Suhardjo menghimbau pada setiap pasien diabetes untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan mata.

“Dianjurkan penderita diabetes untuk melakukan cek kondisi mata setiap enam bulan sekali atau minimal sekli dalam satu tahun,” jelasnya

Suhardjo memaparkan hasil survei yang dilakukan di DIY menunjukkan prevalensi renopati diabetika terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penderita seiring pertambahan usia dengan penderita terbanyak pada usia 70-an. Hasil survei di DIY tahun 2014-2015 prevalensi retinopatika diabetika mencapai 43,1%.

“Diabetes mellitus pada akhirnya menjadi penyebab utama gangguan pengelihatan sehingga harus dikendalikan faktor risikonya dan rutin melakukan pemeriksaan mata,” tegasnya.

Sementara Pakar Penyakit Dalam Ahli FK UGM, dr.R. Bowo Pramono, Sp.PD., KEMD., menyampaikan bahwa Indonesia menduduki peringkat 4 dunia dengan penderita diabetes terbanyak setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO memprediksi jumlah penderita diabetes mellitus terutama tipe 2 di Indonesia akan terus meningkat dan mencapai 30,3 juta pada tahun 2030 mendatang.

Baca Juga :  Savyavasa Capai Tahap Baru dengan Perayaan Topping Off Persembahan Swire Properties dan Jakarta Setiabudi Internasional

Untuk menekan angka kejadian diabetes, Bowo menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk mengenali gejala diabetes sejak dini. Diabetes sering muncul dengan gejala awal terjadi penurunan berat badan tanpa sebab jelas, sering merasa lapar, serta sering kencing terutama di malam hari. Gejala lainnya yang kerap muncul seperti cepat lelah dan mengantuk, luka sulit sembuh, pengelihatan kabur, dan terjadi disfungsi ereksi.

“Jika gejala ini muncul sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter, begitu juga bagi yang memiliki risiko diabetes seperti penderita hipertensi, dislipidemia, jantung koroner, maupun obesitas,” terangnya.

Bowo mengatakan diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Kendati begitu penyakit ini dapat dikendalikan dengan menjalani pola hidup sehat.

Baca Juga :  Pertamina F1 Powerboat Grand Prix 2024 Sukses Digelar, Kukuhkan Posisi Danau Toba Sebagai Water Sport Tourism Destination

Terkait upaya pengendalian diabetes ini Ahli Gizi Kesehatan FK UGM, Perdana S.T. Suyoto, M.Sc.,Ph.D., menyebutkan pentingnya menjaga pola asupan dengan jumlah, jenis, dan jadwal yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

“Jumlah asupan makanan disesuaikan dengan kebutuhan kalori dan gizi pasien,” tuturnya.

Demikian halnya dalam pemilihan jenis makanan hendaknya menghindari makanan yang banyak mengandung gula. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan dengan indeks glkikemik rendah seperti buah dan sayur. Selain itu juga dianjurkan untuk mengolah makanan dengan metode slow cooking ataupun dengan mengkukus atau rebus.

“Untuk jadwal makan sebaiknya dilakukan bertahap sehari 6 kali terdiri dari 3 makan utama dan 3 makan selingan diantaranya,” jelasnya. (ika/humas-ugm/bpn)


Pantau terus baliportalnews.com di :

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News