Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, KUDUS – Selain dikenal sebagai kota Kretek dan wisata religi, diam-diam Kudus juga mempunyai museum jenang. Namanya “Museum Jenang Kudus”.

Museum yang dibangun oleh pabrik jenang Mubarok Food itu di Jalan Sunan Muria Kudus, Desa Glantengan, Kecamatan Kota itu adalah yang pertama di Indonesia.
Dari alun-alun arah utara sekitar 300 meter. Museum jenang meneguhkan bahwa Kudus juga kota penghasil jenang terbesar di Jawa Tengah. Ini melengkapi destinasi sebelumnya yaitu makam Syeh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus dan Raden Umar Said atau Sunan Muria.

Museum Jenang tepatnya di lantai dua, gedung dan showrum Mubarok Food Cipta Delicia Kudus.

Direktur Utama Mubarok Food Cipta Delicia, Muhammad Hilmy mengatakan, museum yang dibuatnya itu, menggambarkan suasana diwilayah Kabupaten Kudus. Selain itu, menceritakan aktvitas masyarakat setempat pada tahun 1930 an, di Pasar Bubar Menara, sebagai pasar pertama jenang Kudus.

“Museum Jenang ini satu-satunya dan pertama di Indonesia, kita ingin mengangkat citra Kudus melalui produk jenang,” kata Hilmy, seperti dilansir dari laman FB Kemenpar.

Dijelaskan, di dalam Museum Jenang disajikan berbagai kisah Kudus tempo doeloe awal adanya pembuatan jenang. Kemudian menggambarkan suasa komplek masjid menara dan makan Sunan Kudus yang tersusun rapi didalam maket dan sebuah kitab Al Quran besar di sampingnya.

Baca Juga :  Dukung Bali Maritime Tourism Hub, Pertamina-Pelindo Sepakat Jalin Kerja Sama

Tidak hanya itu. Di sebuah ruangan yang cukup luas tersebut, juga berdiri sebuah rumah adat khas Kudus. Selain itu, miniatur menara setinggi lima meter dan kisah perjalanan Mubarok Food Cipta Delisia dari masa ke masa.

“Disini bertemunya seni, budaya, bisnis, pariwisata, ekonomi dan berbagai aspek lainnya. Maka kami dedikasikan Mubarok Food sentra bisnis dan budaya,” tandasnya.

Menurut Hilmy, jika wisatawan ingin melihat peta wilayah Kudus, secara garis besar bisa melihat musem jenang. Sejarah produk jenang, sampai ramainya pengunjung di komplek menara dan masjid Al Quds serta makam Sunan Kudus juga tergambar lengkap.

Adapun cerita jenang Khas Kudus, katanya, dimulai dari produk milik H Mabruri dan istrinya Hj Alawiyah. Pasangan suami istri tersebut memulai bisnisnya membuat jenang. Jenang tersebut dijual di Pasar Bubar Menara pada tahun 1930.

Baca Juga :  Jadi Skutik Paling Pas dan Populer, New Honda Vario Tapil Makin Gaya

“Awalnya belum ada merk, kemudian seiring jalannya waktu akhirnya dinamai Sinar 33. Nomor itu diambil dari nomor rumah, yang juga sebagai tempat produksi. Kini namanya Mubarok Food,” imbuhnya.

Menurut Hilmy, jumlah pengunjung Musem Jenang sampai saat ini cukup lumayan. Kebanyakan merupakan wisatawan yang ingin berbelanja jenang. Lalu penasaran mampir dan masuk. Mereka senang karena bisa mengetahui sejarah jenang sambil berfoto selfie secara gratis.

“Jumlah pengunjung meski belum banyak audah lumayan, tujuan utamanya membeli oleh-oleh. Museum ini kami sediakan secara gratis untuk siapa saja yang ingin berkunjung,” terangnya.

Bupati Kudus Musthofa menjelaskan museum tidak hanya berfungsi destinasi wisata namun juga sarana edukasi masyarakat umum terkhusus bagi pelajar baik PAUD maupun mahasiswa.

“Perbanyak atraksi supaya jadi obyek wisata. Juga perbanyak kegiatan yang bisa  menampung aspirasi khalayak umum seperti mengadakan workshop di museum,” sarannya.

Baca Juga :  Literasi Keuangan dan Digital Kunci Keamanan Bertransaksi Digital

Supaya promosinya gencar harus proaktif mendatangi sekolah, kampus, dan komunitas masyarakat supaya museum dapat dikenal lebih dekat. Musthofa juga  mendorong pengelola untuk menampung seluruh kegiatan anak muda kreatif supaya dapat melaksanakan kegiatan inovatif seperti pertunjukan, festival, atau semacamnya yang digelar di museum. Sehingga pelan tapi pasti keberadaan museum dapat dikenal lebih dekat.

Menarik pengunjung tidak harus dengan membuat luas museum semakin lebar akan tetapi pendekatan sosiologis dan budaya dapat lebih diutamakan.

Menpar Arief Yahya menilai sukses Museum Jenang Kudus itu sebenarnya bisa dibuat di banyak daerah lain. Karena setiap daerah selalu memiliki kuliner khas yang bisa dibuat storyline dan asal usul sejarahnya. “Dan itu akan menjadi destinasi yang menarik,” kata Arief Yahya. (*/bpn)


Pantau terus baliportalnews.com di :

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News