Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Ngelawang adalah sebuah tradisi pementasan sederhana di Bali. Namun, didalam kesederhanaan tersebut terbesit makna yang sangat mendalam. Yakni untuk menetralisir Bhuta Kala atau aura negatif di alam semesta dari pintu kepintu

Pada Gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 tahun 2017, konsep ngelawang dari pintu ke pintu tetap dipertahankan. Hal ini ditunjukan Sekaa Ngelawang Gita Winangun, Banjar Panti Gede, Desa Pemecutan Kaja, Kota Denpasar yang membawakan garapan Ngelawang berjudul Ranu Bawa di Area Taman Budaya Art Center, Selasa malam (27/6/2017).

Kordinator Sekaa, Komang Juni Antara, menjelaskan, walaupun sifatnya sebagai Parade, konsep ngelawang sebagaimana tradisi Hindu tetap dipertahankan. Salah satunya adalah dalam rangkaian pementasannya selalu disertai dengan pawai atau maped yang merupakan ciri khas ngelawang yang tidak dapat dilupakan.

Dengan mengangkat judul Ranu Bawa yang menceritakan sejarah adanya Tanah Badeng kini dikenal dengan sebutan Badung ini, penggarap ingin memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa keberadaan air sangatlah penting. Hal ini terkait dengan cerita Arya Notor Wandhira yang berkeinginan untuk membangun Kerajaan Besar, namun dalam prosesnya harus memotong aliran sungai. Mendengar keinginan tersebut, Dewi Danu yang menguasai Danau Batur akhirnya mengalirkan air yang sangat besar. Akibatnya terjadilah banjir besar di Tanah Badung.

Baca Juga :  Astra Motor Bali Berikan Surprise Paket Lebaran dan Service Gratis Kepada Konsumen setia Honda 

Melihat kondisi yang demikian, Arya Notor Wandhira langsung memohon petunjuk Sang Hyang Prama Kawi. Dari petunjuk tersebut akhirnya Notor Wandhira berjanji untuk merawat air, dan Dewi Danu pun menganugrahkan bulakan di sepanjang sungai. Dan di bulakan tersebutlah kini berdiri sebuah Pura bernama Pura Griya Beji, di Desa Pemecutan Kaja.

Selain mengangkat kearifan lokal, dalam persembahannya juga menggunakan Barong Landung yang merupakan salah satu jenis Barong di Bali. Konon barong ini merupakan penjelmaan Jaya Pangus dan Kang Cing Wi yang dikutuk oleh Dewi Danu karena menikah lagi.

Baca Juga :  Sekda Alit Wiradana Hadiri FGD BPJS Ketenagakerjaan, Bahas Perlindungan Terhadap Pekerja Rentan di Kota Denpasar

Jadi, dalam pementasan ini sangat berkaitan dengan cerita Dewi Danu dan sejarah Pura Griya Beji. “Besar harapan dengan ini mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga air sebagai sumber kehidupan,” pungkasnya. (ays’/humas-dps/bpn)


Pantau terus baliportalnews.com di :

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News