Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Penyebaran berita maupun informasi bohong (hoaks) kian marak bermunculan di ranah media digital. Dosen Manajemen Informasi dan Perpustakaan (MIP) Sekolah Pasca Sarjana UGM, Dr. Ida Fajar Priyanto mengatakan perpustakaan tidak dapat mengontrol maupun memberian perhatian khsusu terhadap berbagai infromasi yang berada di luar perpustakaan. Kendati begitu, perpustakaan dapat mengambil peran dalam menyajikan informasi yang sehat.

“’Perpustakaan perlu memikirkan cara agar perpustakaan mampu menyediakan beragam format informasi dan konten yang dapat menjadi lingkaran pengaruh  informasi bagi pemustaka,” paparnya, Rabu (15/3/2017) dalam seminar “Perpustakaan sebagai Gerbang Infromasi Sehat”.

Demikian halnya dengan pustakawan, dikatakan Ida, pustakawan juga tidak dapat mengontrol infromasi yang muncul dalam lingkaran hal yang tidak dapat dikontrol di berbagai belahan dunia. Misalnya berita-berita tentang politik, ekonomi, bisnis, serta pilkada di televisi dan postingan di berbagai media sosial. Pustakawan tetap akan berada dalam lingakarannya sendiri, namun demikian harus dapat memberikan informasi yang mempengaruhi para pemustaka.

“Pustakawan dapat memberikan pengaruh bagi pemustaka untuk mendapatkan infromasi yang berkualitas, bernilai, dan bermanfaat serta mempengaruhi non-pemustaka untuk memanfaatkan perpustakaan,” jelasnya.

Baca Juga :  Pajak Atas Usaha Ekonomi Digital Tembus Rp22,179 Triliun

Sementara  Anis Fuad, S.Ked.DEA., dari departemen Biostatistik, Epidemologi dan kesehatan populasi Fakultas Kedokteran UGM mengatakan perkembangan teknologi, perubahan sosial ekonomi, dan perbedaan model interaksi menyebabkan perubahan cara mengakses dan menggunakan infromasi. Perkembangan tersebut memberikan kemudahan bagi generasi saat ini dalam memperoleh infromasi.

“Namun kemudahan teknologi tidak menjamin generasi ini menjadi melek infromasi,” katanya.

Anis menyebutkan perilaku infromasi generasi saat ini atau yang disebut dengan generasi Z memiliki karakteristik mencerna infromasi secara instan. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengevaluasi infromasi baik dari segi relevansi, akurasi, dan sumber berita.

“Mereka memiliki pemahaman yang lebih rendah tentang kebutuhan sehingga tidak dapat mengtembangkan strategi pencarian informasi yang efektif,” katanya.

Melihat kondisi ini, Anis berharap perpustakaan dapat berkembang dan berubah menyesuaikan perkembangan generasi. Berperan  mendorong masyarakat digital agar melek infromasi,  lebih trampil menghasilkan infromasi yang sehat dan bertanggungjawab.

Bijak Bermedsos

Sementara AKBP Andrie Setiagraha dari POLDA DIY menyampaikan bahwa media sosial menjadikan pergaulan masyarakat saat ini menjadi sangat luas bahkan tanpa batas. Komunikasi yang terjadi relatif bebas dan pesan yang dibuat mudah menyebar dengan cepat. Namun, dipenuhi dengan konflik komunikasi dan provokasi.

Baca Juga :  Meriahnya Perayaan SMK Fest Bali, Meningkatkan Kreativitas Siswa dan Dukungan terhadap Pariwisata Lokal

“Di medsos setiap individu dengan bebas menyampaikan pendapatnya, cenderung mudah menyerang penapat yang berbeda,” tuturnya.

Hingga saat ini lebih dari 700 ribu situs yang terdeteksi menyebarkan ujaran kebencian berita hoaks. Sebagian besar menyebarkan berita yang memuat ujaran kebencian terkait isu SARA.

“Banyak sekali situs yang memberikan infromasi bohong, sementara masyarakat kita belum bisa membedakan mana yang benar dan salah,”jelasnya.

Untuk itu POLDA DIY meminta masyarakat untuk dapat memanfaatkan media sosial secara bijak. Tidak dengan mudah mempercayai infromasi-informasi yang beredar, terutama informasi yang berpotensi menimbulkan konflik.  (ika/humas-ugm/bpn)


Pantau terus baliportalnews.com di :

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News