Pemkot Denpasar
Jajaran Pemkot Denpasar yang dipimpin Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar, I.B Alit Wiradana saat melaksanakan Bhakti Penganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang pada Kamis (21/7/2022). Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Jajaran Pemkot Denpasar melaksanakan Bhakti Penganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang pada Kamis (21/7/2022). Hal tersebut serangkaian Pujawali yang dilaksanakan bertepatan dengan Purnama Sasih Kasa beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama seniman Kota Denpasar turut ngayah mesolah Topeng Dalem Arsa Wijaya dan Topeng Dalem Sidhakarya. Sementara Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa dan Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Widnyani Wiradana ngayah mesolah Tari Rejang Renteng yang diiringi Sekaa Gong Telung Barung Penatih Denpasar Timur.

Hadir pula Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar, I.B Alit Wiradana, Ketua Gatriwara Kota Denpasar, Ny. Purnawati Ngurah Gede serta Anggota DPRD Kota Denpasar dan pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Buka Porsenijar Kota Denpasar Tahun 2024, Pertandingkan 32 Cabor dan 22 Cabang Seni

Rangkaian Bhakti Penganyar diawali dengan pangilen Tari Rejang Sari dan Rejang Renteng yang dibawakan oleh WHDI Kota Denpasar, Tari Baris Gede dibawakan oleh Perbekel/Lurah Kota Denpasar, Wayang Lemah dan Topeng Wali. Iringan suara Kidung dan Gembelan menambah khidmat suasana. Bhakti Penganyar diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Karang Ngenjung, Griya Keniten Duda Karangasem.

Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan, pujawali di Pura Mandhara Giri Smeru Agung ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

“Dengan pelaksanaan pujawali dan bhakti penganyar ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana,” ujar Jaya Negara.

Ketua PHDI Kabupaten Lumajang Jawa Timur, Edy Sumianto mengatakan, Piodalan itu sendiri merupakan upacara tahunan yang diselenggarakan oleh umat Hindu untuk memperingati hari jadi tempat ibadah.

Baca Juga :  Pastikan Pelayanan Tetap Optimal Selama Cuti Bersama Idul Fitri 1445 Hijriah, Sekda Alit Wiradana Monitoring Mal Pelayanan Publik

Keberadaan Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan momentum perpaduan antara Hindu Jawa dan Hindu Bali. Karenanya, setiap pelaksanaan Bhakti Penganyar upacara lainnya selalu dipadukan dengan Pemkab/Pemkot di Provinsi Jawa Timur.

“Seperti hari ini Bhakti Penganyar dari Pemkot Denpasar juga dilaksanakan bersama-sama dengan Pemkab Situbondo, Bondowoso dan Jember,” jelasnya.

Di tahun 2022, lanjut Edy Sumianto, Piodalan di Pura Mandara Giri Semeru akan berlangsung selama 11 hari. Itu dimulai sejak Rabu (13/7/2022) lalu, hingga Minggu (24/7/2022) mendatang. Dalam rentan waktu itu, umat Hindu yang sebagian besar dari Bali silih berganti datang selama 24 jam untuk melakukan persembahyangan.

Sebelum menuju Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Rombongan Pemkot Denpasar turut melaksanakan persembahyangan di Pura Rambut Siwi, Jembrana, Pura Agung Blambangan, Banyuwangi yang dilanjutkan dengan penyerahan sembako dan alat penunjang protokol kesehatan kepada pamangku setempat.

Baca Juga :  Pemkot Denpasar Rancang Penataan Lanjutan Tukad Badung, Jadi Sarana Edukasi dan Wisata

Untuk diketahui, Tari Topeng Dalem Sidakarya adalah tarian sakral yang wajib ditarikan pada setiap upacara, bahkan dari asal-usulnya, Topeng Dalem Sidakarya datang dari Jawa Timur, dalam hal ini Lumajang. Selain itu sebagian besar masyarakat Hindu Bali juga berasal dari Jawa Timur, khususnya kawasan Gunung Semeru.

Topeng Dalem Sidakarya memiliki makna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Topeng Sidakarya pun menjadi lambang bahwa pekerjaan atau karya yang digelar sudah selesai dengan baik. Tari topeng ditampilkan sebagai tari persembahan (wewalen) sebelum acara pemujaan bersama yang dipimpin sulinggih, yang bertujuan agar upacara yang berlangsung dapat terselenggara dengan baik dan selamat serta terhindar dari segala bahaya.

Pada akhir tari ini secara simbolis penari menghamburkan uang kepeng dan beras kuning (sekarura) sebagai lambing pemberian berkat kesempurnaan dan kemakmuran kepada alam semesta dan seisinya.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News