Penjor
Dampak Pandemi Covid-19, Omzet Penjualan Penjor Menurun Drastis Jelang Hari Raya Galungan. Sumber Foto : aar/bpn

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Menjelang Perayaan Hari Raya Galungan, masyarakat Bali memiliki tradisi yang cukup unik, salah satunya adalah tradisi menghias pekarangan rumah dengan Penjor.

Penjor itu sendiri merupakan sebuah hiasan bambu yang dibuat tinggi melengkung dengan ketinggian mencapai kurang lebih 10 meter, serta dihiasi dengan janur dan bahan-bahan lain penunjang upakara, yang melambangkan Pertiwi Bhuana Agung, sebagai simbol kesejahteraan dan keselamatan.

Penjor sangat erat kaitannya dengan Hari Raya Galungan. Maka dari itu, tidak heran jika menjelang perayaan Galungan, jalan-jalan di Bali selalu dipenuhi oleh pedagang-pedagang Penjor, yang menjajakan dagangannya setiap menjelang perayaan hari raya umat Hindu Bali tersebut.

Namun, penjualan Penjor saat ini tidak sama dirasakan oleh para pedagang, seperti halnya penjualan sebelum pandemi Covid-19 yang selalu ramai akan pembelinya. Akibat pandemi Covid-19, omzet penjualan Penjor di Kota Denpasar saat ini menurun drastis hingga 60%.

Baca Juga :  Dapat Alokasi 4.602 Formasi, Pemkot Denpasar Prioritaskan Pengangkatan PPPK di Tahun 2024

Salah satu pedagang Penjor dan hiasan janur di Kota Denpasar, Made Rasmi menuturkan, omzet penjualannya menurun drastis pasca pandemi Covid-19 yang melanda Bali.

Menurutnya, ini diakibatkan oleh banyaknya tempat wisata seperti hotel-hotel yang tidak beroperasi lagi secara penuh. Biasanya hotel-hotel tersebut sering kali memesan hiasan Penjor kepadanya menjelang Hari Raya Galungan, namun semenjak pandemi seperti sekarang ini, permintaan tersebut sudah mulai jarang dia dapatkan.

“Penjualan sekarang tidak seperti dulu. Dulu, setiap mau Galungan minimal saya terima 3 pesanan Penjor dari satu hotel. Tapi, sekarang udah mulai jarang, semenjak pandemi omzet menurun 60 persen,” ungkapnya.

Biasanya, harga Penjor yang dijual Made sangat bervariasi. Mulai dari harga Rp300.000 sampai dengan jutaan Rupiah, semua tergantung permintaan si pemesan. Made pun mengakui, dampak pandemi Covid-19 ini sangat dirasakan oleh para pedagang kecil sepertinya, yang omzet penjualannya memang tidak sebanding dengan Hari Raya Galungan sebelum pandemi Covid-19 terjadi. (aar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News