Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Dua inovasi Badung yakni aplikasi Fish Go dan Badung Anti Kantong Plastik (Batik) Berbasis Kearifan Lokal, telah lolos menjadi Top 99, Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Nasional tahun 2019 yang diselenggarakan KeMenPAN dan RB. Saat ini kedua inovasi kembali dinilai menuju Top 45. Sebelum ditetapkan menjadi Top 45 Sinovik, Fish Go dan Batik ditinjau langsung oleh Tim Juri Sinovik Pusat, Selasa (6/8/2019) kemarin.

Tim juri terdiri dari dua orang yaitu Prof. JB. Kristiadi dan Prof. Jusuf Irianto. Tim pertama kali mengunjungi penerapan aplikasi Fish Go di Pantai Kedonganan. Disana Tim diterima langsung Kepala Badan Litbang Badung I Wayan Suambara, SH, MM bersama Ketua Kelompok Nelayan setempat. Tim juri tampak antusias menanyakan prihal manfaat fish go bagi nelayan setempat yang oleh para nelayan aplikasi ini dinilai sangat membantu untuk mempermudah menemukan lokasi tempat berkumpulnya ikan serta waktu terbaik menangkap ikan. Diharapkan aplikasi fish go terus dikembangkan dan kedepan dapat dimanfaatkan oleh nelayan diseluruh Indonesia.

Baca Juga :  Kwarcab Badung Tempa Generasi Muda Tangguh Lewat Dianpinru dan Dianpinsat 2024

Dari pantai Kedonganan, Tim juri pusat menuju Rumah Hijau DLHK Badung di kawasan Puspem Badung. Kehadiran Tim disambut Kepala Dinas LHK Kabupaten Badung Drs. I Putu Eka Merthawan, M.Si didampingi Kepala Bagian Organisasi I Wayan Wijana, S.Sos, M.Si. Tim langsung mendapat penjelasan dari Kadis DLHK Putu Eka Merthawan terkait inovasi Batik dan Rumah Hijau sebagai tempat penanganan sampah plastik dan sampah organik.

Disela-sela kunjungan tersebut Prof. JB. Kristiadi sangat mengapresiasi dimana potensi lokal mampu dikemas menjadi inovasi dan bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Badung. Melalui inovasi Batik ini diharapkan akan mampu memberikan dampak yang lebih besar terhadap daya tarik Badung sebagai daerah pariwisata. “Yang penting dapat mengedukasi masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Saya harap menjadi nilai tambah bagi badung dan inovasi ini dapat dicontoh bagi daerah lain,” terangnya.

Baca Juga :  Bandara I Gusti Ngurah Rai Hadirkan Pengalaman Berkesan di Hari Raya Galungan dan Kuningan

Sementara Prof. Jusuf Irianto juga menilai inovasi Badung ini merupakan sesuatu yang positif. Untuk itu apa yang telah dilakukan ini dapat dijamin keberlanjutannya. “Seperti halnya satu masakan, masakan itu bisa basi. Tapi kalau inovasi justru selamanya akan segar, kesegaran itu justru merujuk pada kebutuhan masyarakat. Jadi meskipun inovasi itu mahal, kalau tidak memberi dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat itu tidak ada artinya. Inovasi Batik ini kan sederhana, tidak butuh biaya mahal, bisa diorganisasikan oleh masyarakat, dan masyarakat tidak merasa keberatan justru senang. Inilah menjadi satu nilai positif. Sekali lagi inovasi tidak harus sesuatu yang sulit, yang penting nilai, manfaat dan dampak sosialnya. nanti akan menjadi satu nilai bersama dan menjadi budaya bersama,” jelasnya.(humas-bdg/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News