Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR Setelah menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama tiga hari, Jumat (15/7/2016), siswa baru dari play group, TK, SD, SMP, SMA/SMK di lingkungan Yayasan Dwjendra Pusat Denpasar mengikuti upacara sisya upanayana. Upacara sisya upanayana dipimpin Ida Pedanda Magelung dari Griya Magelung, Abiansemal.

Ketua Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar M.S. Chandra Jaya mengungkapkan, upacara sisya upanayana adalah penobatan dimulainya calon siswa menjadi siswa. Intinya, penyucian ditandai dengan natab banten dalam upacara sisya upanaya agar siswa siap menerima ilmu pengetahuan.

Bukan saja siswa yang mawinten juga wajib diikuti semua guru dari TK, SD, SMP dan SMA/SMK Dwijendra. Kata M.S. Chandra Jaya, melibatkan guru agar keduanya siap belajar dan mengajar. Inilah yang ia sebut dengan keterikatan sisya dan siwa (guru) di Bali.

Dalam upacara sisya upanayana ini setiap siswa diberikan karawista sebagai simbol penajaman pikiran. Benang merah sebagai simbol meninggalkan sifat  buruk dalam diri dan benang putih untuk menumbuhkan sifat  baik dan kedewataan di dalam diri.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara dan Wawali Arya Wibawa Ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah Tahun 2024

Upacara pawintenan sisya upanayana, kata M.S. Chandra Jaya ini memiliki tiga tujuan. Pertama, untuk membersihkan  dan memertajam pikiran. Dengan pikiran yang tajam siswa mampu lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan alias aguron-guron di sekolah.

Kedua, untuk memperhalus budi pekerti , berkata sopan dan ketiga berperilaku yang baik. Dengan upacara secara sekala dan niskala, kata M.S. Chandra Jaya, inilah yang membuat semua insan Dwijendra menjadi SDM yang cerdas secara intelektual, sosial, spiritual dan emosional. Mereka ini akan menjadi panutan di keluarga dan ke depan dalam hidup bermasyarakat.

Baca Juga :  Antisipasi Banjir, PUPR Denpasar Rutin Bersihkan Sampah di Sungai, Drainase dan Saluran Air

Saat pawintenan para siswa baru juga dirajah. Lidah siswa dirajah agar siswa mampu berbicara dengan tajam dan benar. Ubun-ubunnya dirajah agar siswa mampu berpikir yang jernih. Telinganya dirajah agar siswa mampu mendengarkan yang baik.

Hal ini menurut M.S. Chandra Jaya untuk menjadikan semua hati anak didik di Dwijendra  penuh dengan kasih sayang. Sebelum sembahyang bersama mereka pun diajak majaya-jaya sebagai simbol pemusatan pemikiran untuk menempuh ilmu atau  belajar.

Dia berharap setelah pawintenan Sisya Upanayana warga baru Dwijendra  bisa mengikuti  pendidikan di jenjangnya dengan baik. Dia minta jangan menjadi  anak-anak yang tunarungu alias pura-pura tak tahu. Setiap  bertemu dengan guru dan warga sekolah apalagi tamu sekolah, siswa diwajibkan mencakupkan tangan di dada seraya mengucapkan ‘’Om Swastiatsu’’.

Baca Juga :  Selama Arus Mudik Jatimbalinus, Pertamina Catat Konsumsi Pertamax Series Naik 26,3 Persen

Ketua Panitia Sisya Upanayana, Ni Wayan Nadi Supartini mengungkapkan, sehabis sisya upanayana akan dilanjutkan denan melakukan perjalanan suci tirta gemana, Sabtu (16/7) ke sejumlah Pura Sad Kahyangan di Bali. Acara ini dilakukan nyatur desa.

Siswa SMA menuju timur Pura Silayukti dan Goa Lawah.  Siswa SMP menuju ke utara yakni Pura Batukaru. Siswa SMK di Pura Kahyangan Tiga Peguyangan, serta siswa SD dan TK menuju Bali selatan yakni Pura Candhi Narmada.(tis/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News