Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COMGuru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof.Dra. Zullies Ikawati., Ph.D., Apt., meminta masyarakat untuk lebih bijaksana dalam menggunakan obat alternatif atau herbal untuk mencegah Covid-19.

Baca Juga :  Booth UMK Binaan PLN Tawarkan Berbagai Produk Khas Daerah di INACRAFT 2024

“Selama pandemi Covid-19 banyak bermunculan obat-obat alternatif yang diklaim bisa mengatasi virus ini. Namun masyarakat perlu lebih cemat dan bijak dalam memilik produk-produk alternatif di pasaran,” tegasnya, Kamis (30/4/2020).

Ketua Program Studi Magister Farmasi Klinik UGM ini mengatakan kemunculan sejumlah produk ini berawal dari keprihatinan belum adanya obat-obatan untuk Covid-19 yang benar-benar direkomendasikan. Kendai begitu, sebagian besar produk alternatif yang ada belum memiliki bukti ilmiah mampu mengatasi Covid-19. Bahkan sulit diterima dengan logika ilmiah.

Meskipun ada bukti kesembuhan, dia menyebutkan bahwa hal tersebut berasal dari testimoni segelintir orang saja. Dengan begitu masih sangat kurang untuk mendukung kemanjuran obat-obat tersebut. Apalagi penyakit Covid-19 pada sebagian orang dengan kekebalan tubuh kuat bahkan tidak memberikan gejala dan menjadi penyakit yang bisa sembuh sendiri.

Sementara, di sisi lain keterlambatan masyarakat mendapatkan obat yang tepat dapat menunda kesembuhan. Bahkan bisa berakibat fatal apabila virus tetap bereplikasi secara cepat pada tubuh pasien.

“Karena itu, masyarakat perlu lebih cermat dan bijak dalam memilih produk-produk alternatif yang beredar di pasaran. Inovasi-inovasi obat baru untuk Covid-19 tentu sangat diapresiasi dan diharapkan, tetapi harus tetap berada pada koridor ilmiah yang dapat ditelusuri dan dibuktikan,” paparnya.

Zullies mengungkapkan Indonesia sangat kaya akan tanaman obat yang berpotensi untuk mengatasi Covid-19. Namun demikian, aturan dalam pengembangan obat baru dari herbal tetap harus mengikuti kaidah ilmiah yang berlaku.

Baca Juga :  Pj Gubernur Bali Terima Penghargaan Top Pembina BUMD 2024

Sumber obat herbal sedikit berbeda dengan obat sintetik yaitu berasal dari pengalaman empiris bertahun-tahun. Jamu-jamu atau ramuan tradisional Indonesia dari berbagai daerah umumnya telah memiliki pengalaman bertahun-tahun untuk suatu penyakit tertentu. Selain pengalaman empirik, ada juga sumber obat herbal yang berupa suatu inovasi baru. Misalnya, kulit manggis atau kulit jeruk yang dulunya tidak digunakan masyarakat, tetapi berdasarkan penelitian ternyata memiliki manfaat obat.

Obat-obat herbal ini ada yang diolah sendiri oleh masyarakat untuk dikonsumsi sendiri seperti jamu. Ada ada pula yang diolah lebih modern, diformulasi dengan bahan-bahan lain dan disajikan secara modern seperti dalam bentuk kapsul, kaplet atau sediaan lainnya, untuk dipasarkan lebih luas. Sebagian dikemas menjadi Obat Herbal Terstandar dan diujikan secara preklinik pada hewan uji untuk dipastikan keamanan dan kemanjurannya. Jika lolos uji, obat-obat herbal ini bisa digunakan pada manusia.

“Jika sudah diujikan secara klinis pada manusia, dan terbukti kemanjuran dan keamanannya, maka obat herbal dapat didaftarkan sebagai Fitofarmaka,” terangnya.

Baca Juga :  PLN Imbau Waspadai Pungli dan Cermati Informasi Rekrutmen Bersama BUMN

Lantas bagaimana tips memilih obat herbal atau alternatif untuk Covid-19? Zullies menyampaikan beberapa tips memilih obat-obat untuk mencegah atau mengatasi Covid-19. Salah satunya, menggunakan obat-obat herbal yang telah terdaftar di BPOM. Untuk memastikan produk-produk yang telah terdaftar di BPOM dan mendapat nomor izin edar bisa melalui aplikasi BPOM yang tersedia, https://cekbpom.pom.go.id/, atau Halo BPOM.

“Kalau produk yang didaftar sebagai pangan, maka produk tersebut tidak bisa memiliki izin edar sebagai suplemen kesehatan atau bahkan obat pada saat yang sama. Jadi jika ada produk pangan yang diklaim memiliki efek pengobatan, maka itu perlu dipertanyakan,” tuturnya.

Berikutnya, jangan langsung percaya pada produk dengan klaim bombastis dan mekanisme yang tidak jelas. Tanyakan terlebih dahulu kepada ahli-ahli obat, misalnya kepada apoteker di apotek, rumah sakit, atau institusi pendidikan farmasi.

Baca Juga :  Denpasar Raih Penghargaan Kota Lengkap dan Layanan Elektronik untuk Pengamanan Barang Milik Daerah dari Kementerian ATR/BPN RI

Demikian pula ketika menjumpai promosi obat atau produk herbal yang tidak jelas kandungannya, sebaiknya berhati-hati. Sebab dimungkinkan ada kandungan dalam produk tersebut yang harus dihindarkan pada penyakit tertentu yang diidap seseorang. Untuk memastikan keamanan dapat berkonsultasi pada apoteker dan meminta saran produk yang lebih terjamin keamanannya.

“Pastikan bahwa produk obat yang Anda konsumsi itu jelas kandungannya dan aman. Dan semoga kita semua terhindar dari penggunaan obat-obat alternative yang tidak tepat selama masa pandemi dan juga terhindar dari penyakit Covid-19,”pungkasnya.(ika/humas -ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News