Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.CO, DENPASAR – Setalah melalui tahap pendaftaran, sebanyak 169 karya ogoh-ogoh dari STT se-Kota Denpasar kini memasuki tahap penilaian. Tim Penilai yang berjumlah 9 orang ini menyambangi satu persatu Sekehe Teruna yang terdaftar sebagai peserta lomba yang diawali dari Kecamatan Denpasar Selatan (Densel) pada Senin (16/3/2020). Setelah pelaksanaan penilaian hari pertama, giliran Kecamatan Denpasar Timur (Dentim) melaksanakan penilaian di hari kedua. Tercatat sebanyak 52 ogoh-ogoh mengikuti lomba.

Dari keseluruhan peserta yang terdaftar, sebanyak 36 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Selatan, 52 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Timur, 39 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Utara, dan 42 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Barat yang bersiap untuk mengikuti tahap penjurian.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Made Wedana menjelaskan bahwa pelaksanaan lomba ogoh-ogoh ini merupakan komitmen Kota Denpasar dalam pelestarian seni dan budaya. Dimana, ogoh-ogoh merupakan elemen penting yang patut dilestarikan, utamanya pakem-pakem ogoh-ogoh itu sendiri yang wajib mengangkat tema bhuta kala.

“Ini merupakan komitmen Pemkot Denpasar dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya di Kota Denpasar,” jelasnya.

Wedana menambahkan bahwa penilaian ini dilaksanakan oleh dewan juri yang profesional di bidangnya. Namun demikian pihaknya mengajak seluruh sekehe teruna di Kota Denpasar tidak hanya berorientasi pada nominasi semata, melainkan untuk bersama-sama memaknai lomba ini sebagai ajang pelestarian seni budaya.

“Mari kita jadikan lomba ogoh-ogoh ini sebagai ajang pelestarian tradisi, seni dan budaya Bali yang adi luhung,” jelas Wedana sembari mengatakan pengumuman 32 nominasi di empat kecamatan akan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret mendatang. Nantinya, dari hasil penjurian ini akan dicari nominasi sebanyak 8 besar di masing-masing kecamatan, sehingga keseluruhanya akan berjumlah 32 yang akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 25 juta dipotong pajak.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Serahkan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Petani di Denpasar

Wedana juga menekankan bahwa seluruh peserta lomba dan hasil penilaian lomba akan diserahkan ke desa pakraman untuk selanjutnya dilaksanakan pawai di masing-masing desa. Pihaknya juga berharap seluruh elemen yang terlibat saat malam pengerupukan agar tetap menjaga keamanan serta kondusifitas rangkaian Hari Suci Nyepi ini.

“Kepada semua pihak termasuk pesa pakraman, babinsa, Babinkamtibmas, Desa/lurah dan STT akan senantiasa mengawasi lingkungan sekitar agar terjaaga kondusifitasnya serta mentaati aturan pelarangan penggunaan soundsystem saat pawai ogoh-ogoh,” tegasnya.

Ketua ST. Eka Dharma Canti, Banjar Yangbatu Kauh, Oka Mahendra saat diwawancarai menjelaskan bahwa kearifan lokal tetap dipegang teguh sebagai sebuah prinsip dalam berkarya. Hal ini meliputi penguatan tradisi gotong royong serta kebersamaan yang selalu dikedepankan. Sehingga diharapkan dari kegiatan membuat ogoh-ogoh ini selain juga meningkatkan rasa kebersamaan juga mampu memupuk kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan antar sekee teruna.

Baca Juga :  Pemkot Denpasar Berikan Penghargaan Bagi Calon Pensiunan PNS

“Membuat ogoh-ogoh memang sudah menjadi tradisi, dan itu sudah diwariskan turun temurun setiap tahunya dengan sajian karya yang terus berkembang tanpa meninggalkan pakem aslinya,” ujarnya.

Lebih lannjut dijelaskan, adapun tema yang diangkat tahun ini masih berkutat pada tema besar Bhuta Kala, yakni Ngeruak. Dimana, ngeruak merupakan salah satu upacara yang dilaksanakan umat Hindu Bali sebelum mendirikan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar pekarangan yang akan dibangun telah suci dan terbebas dari gangguan Bhuta Kala.

“Intinya adalah penyucian pekarangan sebelum dilaksanakan pembangunan.”

Adapun banten carunya menggunakan ayam brumbun yang diolah menjadi 33 tanding. Selanjutnya ditambah dengan banten pakala hyangan yang terdiri atas sasayut durmanggala, prayascita mala, yang dihaturkan kepada Sang Bhuta Bhutana, dan segehan agung, beserta dengan tatabuhan, dihaturkan kepada Sang Bhuta Dengen.

Dasar rumah diawali dengan bata merah, diisi rajahan bhadhawang nala, bertuliskan (Ang), di atasnya berisi klungah nyuh gading dikasturi dan airnya dibuang bertuliskan Ong. Dilengkapi juga dengan wangi tangi, lengawangi, buratwangi, dedes, dan kwangén kraras (daun pisang kering), mengunakan uang kepeng 11 keteng, dibungkus kain putih, lalu diikat dengan benang tujuh warna.

Selain itu pada kwangen menggunakan uang sejumlah 22 keteng, dengan raka (buah) lengkap. Semua itu kemudian dipendem (ditanam) pada lubang berbentuk persegi (merepat). Namun sebelum itu dilakukan prayascita pada wilayah yang akan dibangun.

Baca Juga :  Pembukaan DTIK Festival 2024 Berlangsung Meriah, Wali Kota Jaya Negara Dorong Generasi Muda Berinovasi Digital

“Kareanya, dari pelaksanaan Upacara Ngeruwak ini diharapkan mampu menetralisir Sang Bhuta Bhutana dan Sang Bhuta Dengen sehingga proses pembangunan dapat terlaksana dengan lancar. Serta keberadaan bangunan nantinya mampu memberikan manfaat bagi keberlangsungan hidup Umat Hindu,” ujarnya.

Dalam pengerjaan, suasana gotong royong kental terasa. Setiap insan dapat mempelajari pekerjaan yang ia sukai. Ada yang mengerjakan body, pepayasan, ukiran dan lain sebagainya dengan bimbingan undagi utama I Nyoman Wista Darmada dan I Wayan Boby Agus Sanjaya. Sehingga selain dimanfaatkan untuk pembuatan ogoh-ogoh, ajang ini juga dapat memberikan bekal edukasi dan ketrampilan bagi anggota STT. Dan hal tersebut juga dapat berkembang menjadi industri kreatif.

Seperti halnya membuat gantungan kunci dari ukiran kertas, serta membuat ketrampilan lainya yang memiliki nilai ekonomis. Untuk bahan pun dapat dikatakan unik, pasalnya selain menggunakan bambu dan kertas, dalam menciptakan tekstur juga turut digunakan tisue dan bunga jepun yang sudah kering.

“Nah inilah terobosan baru kami dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar, selain bunga jepun kering, terdapat pula tali enceng gondok, serabut kelapa, pelepah pisang, daun pisang kering dan banyak lagi bahan alam yang digunakan sebagai wujud ramah lingkungan,” pungkasnya. (ags/humas-dps/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News