BALIPORTALNEWS.COM – Pelestarian kebudayaan dan potensi pengembangan ekonomi berbasis kebudayaan baik ekonomi kultural maupun industrial kultural dan strategi masyarakat Kota Denpasar menghadapi perubahan zaman merupakan isu yang krusial dewasa ini.

Pada Jumat (21/10/2016) di Denpasar diadakan Fokus Group Discusion (FGD) membahas strategi pengembangan ekonomi yang berbasis kebudayaan lokal atau  Orange Economy serta peluang dan tantangan masyarakat menghadapi perubahan jaman. Pertemuan ini mempertemukan berbagai unsur seperti Budayawan, Akademisi, Sabha Upadesa serta SKPD dilingkungan pemerintah Kota Denpasar.

I Gusti Wayan Murjana Yasa, salah satu pembicara mengatakan Orange Ekonomi sejatinya merupakan perpaduan antara ekonomi dan kebudayaan dimana ide idenya ditransformasikan ke dalam barang jasa bernilai budaya dan memiliki nilai yang ditentUkan kekayaan intelektual.

Dimana ide- ide itu bertransformasi sehingga ada kaitan antara nilai kebudayaan dan produk- produk kebudayaan yang dihasilkan. “Kita di Kota Denpasar banyak sekali memiliki kebudayaan yang bisa menjadi inspirasi menghasilkan produk – produk kebudayaan sehingga bisa menjadi suatu landasan membangun perekonomian Kota Denpasar secara keseluruhan.”ujar Murjana Yasa.
Lebih lanjut Murjana Yasa mengatakan saat ini banyak terjadi degradasi produk kebudayaan, dimana produk – produk kreatif terdegradasi karena banyaknya produk yang potensial menjadi komoditas ekspor desainnya malah diminati oleh pasar lokal.

Baca Juga :  Cuti Bersama Idul Fitri 1445 Hijriah di Kota Denpasar, Kegawatdaruratan Tetap Buka dan Pelayanan Publik Buka Setengah Hari pada 8 dan 9 April

“Kita harus gali kebudayaan kita yang bisa kita jadikan produk kebudayaan. Komitmen Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra menjadikan Kota Denpasar berwawasan budaya penting untuk ditindak lanjuti. “Pembangunan ekonomi berbasis budaya unggul memiliki keunikan dimana destinasi produk unggulan perlu dikembangkan menjadi produk kreatif yang memiliki makna dan dijelaskan kepada konsumen filosofi dibalik produk tersebut sehingga bisa menjadi kebanggaan konsumen yang memakainya. Strategi seperti itu penting dan saat ini momentumnya tepat dimana insan muda kreatif di Kota Denpasar terus bertumbuh dan perlu untuk  digerakkan meskipun masih ada tantangan dimana UMKM di Kota Denpasar berbentuk kecil dan harus dihimpun menjadi satu kesatuan misalnya dalam bentuk koperasi agar memiliki nilai tawar lebih di pasar” ujar Murjanayasa.

Baca Juga :  Dukung Medical Tourism di Bali, PLN Percepat Penyalaan Listrik Pembagunan Baru RSU Bali Royal

Sementara itu Narasumber lain IGN Anindya Putra menjelaskan kembali pentingnya kerangka pemikiran Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra dimana seluruh SKPD dilingkungan pemerintahan Kota Denpasar harus memahami filosofi Smart City yang berbasis kebudayaan dan mampu membuat program kegiatan untuk tujuan menjadikan Kota Denpasar sebagai Smart City yaitu Smart Economy, Smart Mobility, Smart Enviromental, Smart People, Smart Living dan Smart Government.

Budaya harus dijadikan landasan pembangunan daerah, Pusaka sebagai identitas, SDM yang kreatif melalui penggalian, eksplorasi, pengelolaan didukug kapasitas, suporting, public value cerdas, mandiri, kompeten dan teknologi informasi. Kota Denpasar saat ini telah meiliki Dewan Pusaka yeng merupakan induk yang menaungi bidang koordinatif seperti Listibya, Sabha Upadesa, Badan Kreatif, Badan Promosi dan juga Dekranasda” Ujar Anindya. (esa/hms dps/bpn)

 

Baca Juga :  Gede Ngurah Ambara Putra Resmi Menjadi Anggota DPD RI, De Gadjah : Sinergi Parpol dan DPD Kunci Membangun Bali

Keterangan Foto : Pertemuan Budayawan, Akademisi, Sabha Upadesa serta SKPD dilingkungan pemerintah Kota Denpasar membahas strategi pengembangan ekonomi yang berbasis kebudayaan lokal pada Jumat (21/10/2016) di Denpasar

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News