BALIPORTALNEWS.COM – Praktisi pendidikan, Drs. Ketut Suyastra, M.Pd., mengatakan, bagi pelajar di Bali, libur Galungan dan Kuningan bisa dimanfaatkan untuk menanamkan hal-hal yang positif kepada generasi muda Hindu secara intensif.

‘’Mengisi libur hari raya ini selama dua minggu ini, para siswa bisa diperkenalkan dengan tatanan kehidupan adat dan masyarakat Bali, mempererat ikatan kekerabatan dengan rekan-rekannya di banjar maupun nilai-nilai positif lokal genius lainnya,’’ ujar Suyastra, Kamis (8/9/2016).

Apalagi, menurut Ketut Suyastra yang juga Kepala SMAN 3 Denpasar ini, tidak sedikit dari generasi muda Bali itu hidup di perantauan (misalnya di Denpasar) alias tidak tinggal di kampung halamannya karena mengikuti orang tuanya yang bekerja di kota. Akibatnya, komunikasi dengan nyama braya (saudara-saudara) di kampung halaman tidak begitu intensif dan terkesan berjarak.

Baca Juga :  Laksana Becik Gandeng SD No. 4 Tuban, Gencarkan Program Edukasi dan Pengembangan Apotek Hidup

“Momentum liburan Galungan dan Kuningan itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mempersempit jarak itu. Di saat itulah mereka bisa mengakrabkan diri dengan nyama braya dan berbaur dengan masyarakat desa sehingga mereka tidak merasa asing dengan lingkungannya sendiri,’’  paparnya Suyastra panjang lebar.

Suyastra menambahkan, konsep liburan dua minggu ini sangat pas. Dalam rentang waktu itu, suasana hari raya benar-benar terasa sangat kental. Mulai anak kecil, remaja hingga orang dewasa saling berbaur untuk mempersiapkan segala perlengkapan upacara menyambut hari besar agama Hindu itu.

Baca Juga :  Karya Ngenteg Linggih di Pura Sang Hyang Landu Gelagah Puwun Desa Kekeran

Momen liburan Galungan dan Kuningan ini, imbuh Suyastra, juga penting bagi anak-anak untuk bersosialisasi, mendekatkan diri dengan orang tua, sanak keluarga maupun masyarakat adat lainnya.

“Tidak hanya itu, momen liburan panjang ini juga sejatinya bisa dimanfaatkan oleh desa pakraman untuk menggulirkan kegiatan-kegiatan tertentu yang berkaitan dengan peningkatan sradha-bakti kepada Tuhan, pemahaman tentang adat dan seni budaya Bali dan aktivitas-aktivitas produktif lainnya,’’ ujar Suyastra yang juga Ketua MKKS SMA Kota Denpasar ini.

Dikatakannya, seka teruna dalam mengisi hari raya Galungan dan Kuningan ini tak hanya sebatas membuat bazaar, namun juga bisa diisi dengan aktivitas produktif lainnya yang bernapaskan budaya dan spirit orang Bali dengan melibatkan tokoh-tokoh tua di masyarakat. (tis/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News